Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Ciprofloxacin pada Penderita Demam tifoid
Main Article Content
Penyakit demam tifoid (Typhoid fever) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi
terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Pengobatan terhadap penyakit demam tifoid terus berkembang.
Antibiotik golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacin, dan pefloxacin) merupakan terapi yang efektif untuk
demam tifoid yang disebabkan isolate tidak resistensi terhadap fluoroquinolone dengan angka kesembuhan klinis
sebesar 98%, waktu penurunan demam 4 hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui usia, jenis kelamin,
dosis, lama pemberian, frekuensi pemberian dan interaksi obat lainnya. Penelitian ini adalah penelitian deskritif
berupa studi penggunaan obat dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik di Instalasi Penyakit
Dalam RSUD Kayuagung dan RSMH Palembang. Penelitian ini dilakukan pada bulan November – Desember 2014
dan dilakukan di Instalasi Rawat Inap Bagian Penyakit Dalam RSUD Kayuagung dan RSMH Palembang. Terdapat 7
pasien demam tifoid di RSMH Palembang dan 23 pasien di RSUD Kayuagung yang diterapi dengan ciprofloxacin.
Usia 20–40 tahun merupakan kelompok usia dengan frekuensi tertinggi 19 orang (63,3%). Penderita laki-laki 15
orang (50%) dan perempuan 15 orang (50%). Dosis 500 mg adalah dosis terbanyak yang diberikan dengan
frekuensi pemberian 2x sehari dan lama pemakaian selama 14 hari. Terdapat sebanyak 26 (86.6%) pemakaian
bersifat antagonis. Hasil rekam medik yang diteliti telah tepat indikasi, dosis, dan frekuensi pemberian. Tetapi
masih ada interaksi obat antara obat satu dengan yang lainnya, serta pemberian obat yang over prescribing.